Tuesday, December 13, 2005

Ketika siang tidak (lagi) mengenali mentari

Seperti kita semua tahu bahwa siang datang seiring dengan terbitnya matahari.Dan siang pun pergi beriring dengan tenggelamnya matahari oleh malam.Begitu rutinnya sang siang dengan mataharinya, tidak ada satu bagian pun dari matahari yang tidak dikenali oleh siang.

Hingga suatu saat, terjadilah gerhana matahari dimana bulan menutupi matahari dari pandangan siang. Kejadian yang cuma sekejap pun membuat sang siang cemas, gelisah.
“Aku belum digantikan sang malam, kenapa juga kau meninggalkanku oh mentariku? Aku tidak bisa lagi menyebut diriku siang tanpa kehadiranmu menerangiku bertahan dari sang malam, juga tidak pantas lagi mengaku siang… Siapa pula yang akan mempercayaiku lagi? Dan aroma sang malam belum juga tercium, kenapa kau sudah pergi tanpa mengajakku duhai mentari? Kenapa…”
Belum selesai sang siang meratapi kehilangannya, sang mentari mengintip dari balik bulan hitam dan dengan cepat menampakkan sepenuh dirinya. Karena kehadiran sang mentari yang sangat cepat mengakibatkan cahayanya relatif jauh lebih terang dari biasanya membuat sang siang tidak lagi mengenali mentari.
“Oooh, siapa gerangan dirimu? Kau lebih terang dari mentariku! Aku tidak perlu kehadiranmu, aku hanya ingin mentariku yang dulu kembali mengiringiku. Kau terlalu terang untukku, cahayamu begitu menyilaukan, apa kata dunia nanti? Haruskah setiap orang memakai sunglasses hanya untuk mengurangi kekuatan cahayamu? Bagaimana...”
Dan belum lagi selesai sang siang menolak kehadiran mentari baru yang begitu asing, sang mentari pun sudah kembali dikenali sang siang.
“Ya, ini baru mentariku yang sejati! Kau selalu setia mengiringiku sepanjang waktu. Di balik awan pun kau masih mampu mengirimkan cahayamu sebagai identitasku. Kini aku yakin untuk mengenalkan diriku sebagai sang siang. Janganlah kau pergi meninggalkanku dalam kegalauan wahai mentari. Aku tidak bisa menjadi siang jika kau tidak hadir mengiringiku..”

0 Comments:

Post a Comment

<< Home