Friday, April 14, 2006

kegagalan kedua

wah, sebenernya blum mood nulis tapi dah lama bgt ya ngutang tulisan ke lawu.
berangkat ama dani, sumo dan hendi hari jum'at (31maret) pagi dari rumah dani di jogja, naek bus ke solo. dari solo nyambung naek bus lagi ke tawangmangu. sampe di tawangmangu kira2 jam 12 siang, terus belanja sayur ma sumo (dani ma hendi nunggu di masjid) di pasar, dah kayak ibu2 aja deh pokoknya, pake nawar2 segala meskipun mungkin nawarnya kemahalan, dan beli rambutan juga.
baru selesai blanja, eh hujan deres banget tapi tetep nekat lari ke masjid, gak apa2 lah basah2an, toh ntar kalo di gunung hujan juga basah2an. sampe di masjid langsung makan rambutan sekalian nunggu hujan reda. sekitar setengah jam kemudian hujan baru reda.
dari tawangmangu kami masih harus naek angkutan lagi (L 300) ke cemoro sewu. ada dua pintu masuk yang paling sering dipilih untuk mendaki gunung lawu, yaitu cemoro kandang (jawa tengah) dan semoro sewu (jawa timur), tetapi meski berbeda propinsi, kedua tempat tersbut hanya berjarak sekitar 1 kilometer.
sampe di semoro sewu kira2 jam 2 siang disambut dengan kabut tebal dan angin kencang, yang pasti suhu udara di cemoro sewu saat itu dingin banget. oh iya, ketinggian cemoro sewu sekitar 2000 meter di atas permukaan laut (mdpl). karena belum makan dari pagi, begitu sampe kami langsung menyerbu warung yang ada.
setelah makan baru kami melapor ke petugas (lebih tepat disebut sukarelawan) pengawas yang sering kami sebut "ranger". disini kami diberi informasi mengenai lawu (meskipun aku sudah pernah ke lawu lewat cemoro sewu, tetap aja antusias mendengar informasi dari mereka).
dan sialnya, aku lupa bawa raincoat, padahal musim hujan gini meskipun aku selalu bawa payung kalo ke gunung. setelah memutar otak, akhirnya aku membuat rompi hujan dari trash bag ato nama kerannya kantong sampah yang terbuat dari plastik hitam.
diiringi rintik2 greimis nan dingin itu kami berangkat juga, dan ternyata rompi hujannya ampuh menahan dingin. ngeliat aku pake payung, hendi ketawa ngakak, dia belum pernah liat orang naek gunung pake payung.
gerimis pun menjadi hujan deras dalam perjalanan menuju pos 1 dan dingin semakin terasa menembus kulit. perjalanan ke pos 1 ini melewati jalan batu yang cukup lebar sekitar 2,5 meter, di kiri kanan jalan adalah ladang sayuran. menurut informasi dari ranger, di pos 1 dan puncak ada warung (ini menunjukkan banyaknya pengunjung gunung lawu, pertama ke lawu tahun 1999 belum ada warung2 tersebut). sampe di pos 1 sekitar jam 5 sore, kami mampir ke warung dan minum energen panas untuk menghangatkan tubuh yang mulai terasa kaku untuk digerakkan.
meskipun penjual di warung sangat menyarankan untuk menginap di warungnya saja karena hari mulai gelap, kami tetap melanjutkan perjalanan dan target kami hari itu adalah menginap di pos 3. sebenarnya aku malas untuk melanjutkan perjalanan kalo hari sudah mulai gelap, karena kurang lebih berbahaya daripada perjalan siang hari, tetapi kami tidak punya banyak pilihan karena waktu yang tidak mau menunggu. baru sekitar jam 8 malam kami sampe di pos 3, hujan dari sore tadi tinggal menyisakan sedikit gerimis.
dalam kedinginan itu kami ingin secepatnya mendirikan tenda dan berlindung di dalamnya untuk mengurangi serangan suhu dingin (lawu memang terkenal akan suhunya yang sangat dingin dibandingkan gunung2 laen di indonesia).
setelah mengatur barang2 dalam tenda, sumo memasak untuk makan malam kami, hanya indomie kornet dengan beberapa sayuran, aku lupa membeli telor waktu belanja di tawangmangu. tidak lama setelah makan malam, kami semua cepat tertidur karena sudah terlalu lelah, dan aku berharap semoga besok cerah sehingga perjalanan tidak seberat sebelumnya. tengah malam hujan turun lagi dengan derasnya disertai angin kencang.
keesokan harinya ketika bangun hujan masih belum reda juga, sehingga kami malas beraktivitas. hanya sumo yang rajin dan sekali lagi menyiapkan makanan untuk kami, menu sarapan kami adalah nasi dengan lauk sarden. melihat cuaca yang masih belum bersahabat itu, sumo mengambil kputusan untuk tidak meneruskan perjalanan ke puncak dan akan menunggu kami di pos 3 jika kami bertiga masih ingin melanjutkan ke puncak.
hanya membawa satu tas kecil berisi jaket dan makanan kecil serta air minum, kami berangkat ke puncak sekitar jam 9. aku masih tetap memakai rompi hujan dan juga membawa payung, meskipun saat itu hujan sudah reda, tapi masih banyak tetesan2 air dari pohon2. mendung masih tetap tebal, sedikit kabut tipis dan angin sekali2 bertiup kencang. dalam perjalanan ke puncak, kami berpapasan dengan beberapa kelompok pendaki lain yang turun dan dari informasi mereka kami tahu bahwa beberapa malam ini badai di puncak, hujan deras disertai angin yang sangat kencang. sampe di pos 4, kami bertemu satu kelompok yang menginap disitu malam sebelumnya, mereka sedang packing akan menuju puncak juga. kami ngobrol sebentar, aku menyempatkan untuk menghabiskan sebatang rokok, lumayan untuk mengurangi rasa dingin.
tak jauh dari pos 4 itu kami mengambil jalur ke kiri (padahal seharusnya ke kanan), jalan setapak itu begitu jelas sehingga kami yakin itu jalan menuju ke puncak. setelah beberapa saat kami kehilangan jalan setapak, yang ada hanya hamparan bebatuan besar dan beberapa kali kami diserang angin kencang. setiap kali angin kencang datang menyergap, aku berlindung di balik payung, dani dan hendi beberapa kali ikut berlindung di balik payungku. kemudian kami menemukan jalan setapak lagi yang ternyata berujung di sebuah gua, saat itulah kami sadar telah mengambil jalan yang salah. setelah beberapa kali mencari jalan, akhirnya kami tidak kuat lagi menahan dinginnya lawu dan memutuskan untuk kembali ke pos 4.
sampai di pos 4, kelompok yang kami temui tadi sudah tidak ada lalu kami istirahat di pos 4. setelah makan snack dan merokok, baru kami berunding untuk meneruskan perjalanan atau kembali turun saja. dengan berbagai pertimbangan, kami akhirnya memutuskan untuk kembali turun.
perjalanan turun tidak jauh beda dengan naeknya karena kami melalui rute yang sama. dalam hati aku kecewa karena tidak bisa melanjutkan perjalanan sampai ke puncak. tetapi aku juga merasa senang berhasil mengalahkan diriku sendiri, mengalahkan ego. kegagalan mencapai puncak ini adalah kegagalanku yang kedua, kegagalan pertama mencapai puncak adalah saat tahun 1998 aku gagal mencapai puncak raung dan sampai sekarang aku belum pernah mencoba mendaki raung lagi.
............................
dan tak lama kemudian aku mengalami kegagalan ketiga mencapai puncak di ciremai...

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Menjadi "manusia bijak" ...gak perlu harus bayar pajak khan Bazz...hehehe..

10:19 AM  

Post a Comment

<< Home