Thursday, July 20, 2006

pelajaran dari anak kecil

aku sedang menuliskan pesanan di warung bubur ayam dekat kos di margonda, 1 bubur ayam spesial (1 telor kampung), 1 es campur, 1 es teh manis ketika seorang anak berusia 8 tahunan lewat di depanku sambil menyunggi (membawa barang di atas kepala) baskom/sejenis ember kecil. dia ternyata menjual gorengan, dan perasaanku baru tersentuh ketika temanku memanggilnya dan membeli sebagian dagangannya.
"rumahnya di mana dik?" tanya temanku.
"kalibata" jawabnya singkat. wajahnya begitu ikhlas melakukan pekerjaannya, hapeku menunjukkan pukul 22:28, terlalu larut untuk anak seusianya berjualan di jalanan. jarak kalibata-margonda sekitar 8 km.
"tadi naik apa?" tanya temanku lagi sambil membayar gorengan yang dia beli.
"angkot" jawabnya.
"pulangnya jam berapa?" temanku masih penasaran dengan anak itu.
"sampe ini habis" katanya sambil menunjuk dagangannya yang tersisa kira-kira 20an potong.
"tadi berangkat jam berapa?" tanyaku ikut penasaran dengan perasaan terharu, aku terharu dengan keikhlasannya dalam bekerja, meskipun seharusnya dia belum memikirkan mencari uang.
"jam 5" dia menjawab sambil menutup baskom dan siap2 berjalan menawarkan dagangannya pada orang-orang lain yang ada.
"ini untuk tambahan ongkos naik angkot" aku memberinya sedikit uang sebelum dia pergi.
"terima kasih pak" katanya sambil mengangkat dagangan dan berjalan melanjutkan pekerjaannya.
dari kejadian singkat itu sungguh berarti pelajaran yang bisa kupetik dari anak kecil. sampe sekarang aku masih terlalu seringnya tidak mensyukuri nikmat yang telah kuterima sepanjang hidupku. masih teramat banyak orang-orang yang bernasib tidak beruntung, tetapi aku salut dengan keikhlasan anak kecil itu menjalani perannya dalm kehidupan ini. meskipun dulu ketika sekolah aku hampir tidak pernah mempunyai uang jajan, tetapi aku tidak sampe harus bekerja. kenapa aku masih sering mengeluh juga dengan berbagai nikmat yang telah dikaruniakanNYA?
maafkan aku TUHAN, terima kasih adik kecil yang telah menyadarkanku untuk selalu mensyukuri karuniaNYA. (dan aku pun lupa menanyakan namanya, apa dia masih sekolah atau tidak. semoga kamu merasa bahagia dengan hidupmu)

...............
margonda, 19/07/2006; 23:15.

2 Comments:

Anonymous Anonymous said...

konon hidup adalah bagaimana kita menerjemahkannya. dan faktor2 pembanding seperti anak kecil itu, mestinya membuat kita bisa lebih mencintai takdir...

8:17 PM  
Anonymous Anonymous said...

Very nice site! Tricord leadership seminar Symptoms of celexa withdrawal betting bowls college football line http://www.levelcholesterol.info

6:02 PM  

Post a Comment

<< Home