Monday, March 16, 2009

dari

dari sepercik api
terbakar hutan australia

dari setetes air
terendam ibukota indonesia

dari setitik rasa
terpikat belahan jiwa

Thursday, March 06, 2008

aku mencintaimu

andaikan aku kangen kamu...
tak kan kubuatkanmu patung
tak kan kutuliskanmu puisi rindu
andaikan kamu kekasihku...
tak kan kubuatkanmu tato
tak kan kudaraskan aku dan kamu
andaikan kamu tinggalkanku...
tak kan kubacakan Sajak Tahun Baru
tak kan kunyanyikan forever and one

yang pasti aku mencintaimu!

Thursday, February 28, 2008

hatiku hatimu

tatkala senyummu meredup
aku akan menyalakan lagi
tatkala air mata memburamkan matamu
aku akan mengeringkan lagi
tatkala hatimu membeku
aku akan menghangatkan lagi
dengan hatiku
ya, senyumlah sayang
tatap jernih indah dunia
rasakan hangatnya cinta
dengan hatimu

Sunday, February 17, 2008

untuk dia

dalam diam terpendam hasrat selalu bersamamu. bukan untuk memilikimu. bukan itu.
dalam sepi tersimpan obsesi membahagiakanmu. bukan untukku. justru untukmu.
dalam kesendirian hanya satu keinginan. bertemu denganmu. hanya itu.

ya semua hanya untukmu.
untuk senyummu.

Wednesday, January 30, 2008

bukan untukmu

masih kujaga rumah mungil yang kubangun untukmu
bukan untuk mengurung, kubangun untukmu bernaung
pernah kau meraung: bangunkan rumah!
masih kurawat rumah mungil yang kubangun untukmu
bukan untuk yang lain, hanya untukmu
pernah kau memohon: tinggallah denganku!
masih kudiami rumah mungil yang kubangun untukmu
bukan terpaksa aku masih mendiaminya
bukan untukmu, hanya untuk diriku.

Friday, January 25, 2008

entah

mengumpulkan berkas-berkas
cahaya sedikit tersamar darimu
sedikit, amatlah sedikit.
tak apalah
tetap aku kumpulkan berkas-berkas itu
meski lama, entah berapa lama.

Thursday, January 24, 2008

pertemuan pertama

"papa...!" dia langsung lari mendekati aku yang lunglai di atas ranjang.
"apa ka.."
"papa panas banget, mau dikompres pa?"
"gausah"
"udah makan pa?"
"udah, tapi jangan suruh papa minum obat ya. cuma radang tenggorokan aja kok."
"iya, gabriel tau papa cuma perlu tidur aja satu dua hari kan?"
"hehe, kamu emang anak papa yang pintar!"
"udah berapa lama kita ga ketemu pa? gabriel kangen pa." air di matanya mulai merembes, mengalir merambati pipinya yang putih.
"hampir setahun. maafin papa ga jengukin kamu ya. papa tau kamu pasti ngerti keadaan papa."
"iya pa" dia mencium keningku,"love you pa."
"love you too."
"pa, gabriel pengen tinggal sama papa lagi."
"hei, kamu tau dari siapa papa sakit?" aku berusaha mengalihkan pembicaraan.
"gabriel di telpon tante, mmm... tante siapa ya? lupa namanya pa."
"ooo, kapan-kapan papa kenalin ya. papa ajak makan malam kalau dia punya waktu luang."
"udah lama kenal pa?"
"belum, papa baru sekali ketemu. dia sibuk banget."
"jadi kapan pa kita dinnernya?"
"mmm... papa belum bisa janji waktunya."
"pa..."
"iya, apa?"
"nnng.... ga jadi, hehe..."
"mau nanya apa sih kamu?"
"enggak, ga jadi pa. eh, aku mau maen ke belakang dulu ya pa."
"iya, nanti kalau papa kuat jalan papa nyusul."

sudah hampir setahun aku tidak pernah ketemu gabriel. sejak keputusan pengadilan yang memberikan hak asuh gabriel pada ibunya sebelas bulan yang lalu, aku belum pernah ketemu dengannya. sebenarnya aku mempunyai sehari setiap bulannya untuk mengajak gabriel kemana pun tetapi aku belum siap untuk itu. aku takut waktu sehari bersamanya tidak akan cukup, aku selalu ingin bersamanya. melihatnya tumbuh dan berkembang, mengajaknya diskusi. ya dia anak yang baik. aku juga yakin ibunya mengasuhnya dengan baik.

hampir setiap minggu gabriel menelponku, kangen ingin ketemu tapi aku selalu menghindar. perlu beberapa waktu untuk menata perasaan yang hancur ketika dia harus diasuh oleh ibunya. sempat tersirat untuk menculiknya, untungnya aku cepat sadar bahwa hal itu justru akan menghancurkan gabriel, akan merusak perkembangan mentalnya kelak. aku tidak mau itu terjadi pada anak kesayanganku.

"pa! kok rumputnya ga pernah dipotong sih?"
"iya, papa ga sempat. rumah pohonmu juga udah mulai lapuk, harus diganti beberapa papannya."
"aku tadi mau naik tp ga jadi pa, males rumputnya tinggi banget."
"iya, nanti kalau papa udah sehat papa potong rumputnya."
"yang rapi ya pa, aku pengen main bola. minggu depan aku mau kesini lagi pa."
"hei, kamu kan tau, papa cuma dikasih waktu sehari setiap bulan untuk ketemu kamu."
"iya, nanti aku bilang ke mama deh pa. paling juga boleh kok."
"iya, nanti main bola lawan papa ya."
"ah, lawan papa mah enteng, pasti aku menang pa."
"haha, yang bener."
terdengar suara mobil berhenti di depan rumah. tok tok tok.
"tuh pak maman pasti"
"iya pa, aku pulang dulu ya pa."
"iya, salam buat mama ya."
"papa cepet sembuh, jangan begadang terus pa."
"iya iya..."
"eh, salam juga buat tante itu ya pa?"
"iya, moga aja dia cepat ada waktu luang ya."
"oke pa, daag... muah"
"daag, ati-ati ya!"