Tuesday, April 25, 2006

gay??

betapa kagetnya gw ketika ada temen yang nanya apa gw seorang gay.
tapi setelah ngobrol, baru tau darimana dia bilang gw seorang gay, hahahaha...

...................
muhy : eh eh
muhy : gw baru tau kalo ente gay

bazz : lho, sapa yg bilang tuh?
muhy : kan di web mu
muhy : queer fish
muhy : queer kan gay

bazz : but queer fish = strange, or something like that.... and gay=strange ya?
muhy : sy liat kata queer nya aja
bazzbeto : an odd / a queer fish (old-fashioned, BrE) = a person who is slightly strange or crazy
bazz : tuh dr kamus oxford...
muhy : iya iya, thanks
muhy : sy dapat kata baru lagi

...................

Thursday, April 20, 2006

dua puluh empat

Aku heran ketika pulang, hanya lampu di halaman yang menyala. Lampu-lampu di dalam rumah mati. Gelap. Ah, mungkin Gabriel sudah tidur, aku memang pulang larut malam karena tadi dari kantor langsung makan malam bersama seorang teman. Kepalaku agak pusing, mungkin kecapaian atau kurang tidur.
Dengan pelan kubuka pintu depan takut membangunkan Gabriel yang mungkin sudah tidur di sofa. Biasanya dia menunggu aku pulang hingga tertidur di ruang teve. Kunyalakan lampu depan.
“Kok malam banget pa pulangnya?” tanya Gabriel mengagetkan aku.
“Lho kirain udah tidur, kok kamu belum tidur?” aku balik bertanya.
“Iya, aku nungguin papa.”
“Papa tadi makan malam dulu.”
“Aku sudah siapin lilinnya pa, ayo cepat udah hampir jam dua belas lho. Aku tadi pesan pizza, papa masih mau makan nggak?”
“Emang kamu belum makan?”
“Belum. Kan aku nungguin papa.”
“Emang kamu nggak kelaparan? Kenapa nungguin papa?”
“Hayo, papa lupa ya?”
“Lupa apa? Emang papa janji makan bareng ya?”
”Kan hari ini tanggal sembilan belas.”
“Oh iya, papa nggak lupa kok. Mana bisa lupa...”
Kenapa Gabriel selalu ingat ya kalau tanggal sembilan belas, pikirku dalam hati.
“Ya udah, ayo cepat pa.”
“Kamu udah siapin lilinnya?” tanyaku sambil berjalan ke ruang makan.
“Iya, udah aku atur di meja makan pa.”
“Wah, kamu masih ingat juga berapa lilin yang harus kita nyalakan hari ini. Hebat!” setelah kuhitung lilin yang dia tata di atas meja makan, ada dua puluh empat.
Gabriel langsung duduk, dan membuka bungkus pizza. Aku mengambilkannya satu potong, dan mengambil untukku satu potong meskipun aku masih kenyang. Kulihat jam yang menunjukkan pukul 23:55.
“Pa, kita makan sepotong dulu aja ya. Nanti setelah upacara nyalain lilin kita makan lagi.”
“Iya, udah hampir jam dua belas.”
Lalu aku menyalakan lilin satu per satu, tepat jam 00.00 sesuai dengan jam di rumah. Seperti ritual yang biasa kami lakukan, setelah lilin nyala semua, kami hanya menikmati kesunyian tanpa sepatah kata. Dan tetap akan sunyi hingga dua puluh empat menit kemudian, karena satu lilin berarti satu menit.
“Sebentar lagi pa” kata Gabriel membangunkan aku yang sempat tertidur, entah berapa lama.
“Lima, empat, tiga, dua, tiup pa!”
Kemudian kutiup semua lilin, lebih dari tiga kali aku meniup untuk mematikan semua semua lilin. Gabriel langsung berjalan ke arah saklar lampu ruang makan dan menyalakan lampu. Terang yang tiba-tiba itu agak menyilaukan mataku.
“Ayo kita makan lagi pa” katanya sambil mengambil sepotong pizza lagi, tampaknya dia benar-benar lapar.
“Papa udah kenyang, kamu habisin aja” jawabku sambil mengisi gelasku dengan air putih dingin.
“Pa, aku mau ngirimin buku buat mama. Tolong besok dipaketin ya pa?”
“Buku apa?”
“Ada deh...”
“Iya, besok papa kirimin. Papa nitip surat di dalamnya ya? Belum kamu bungkus kan bukunya?”
“Belum. Tadi aku nyari kertas kado warna hitam di toko buku nggak ada pa. Besok papa tolong beliin kertas kado dulu ya, yang warna hitam polos.”
“Emang ada kertas kado hitam polos?”
“Ada, tadi kata mbaknya yang hitam polos habis, berarti kan ada di toko lain pa.”
“Iya, besok papa cariin, tapi kalo tetap nggak dapat pakai warna lain aja ya?”
“Nggak mau! Pokoknya harus dapat yang hitam polos!” dia tetap ngotot harus pakai kertas kado hitam polos, aku tidak tahu alasannya kenapa harus pakai kertas kado hitam polos, tapi memang dia suka warna hitam sama denganku. Bahkan dia minta dinding kamarnya dicat hitam.
Setelah Gabriel selesai makan kami langsung menuju ke kamar tidur. Malam ini dia tidur di kamarku. Aku mencuci muka dulu sebelum tidur, Gabriel langsung menuju tempat tidur. Kulihat dia sudah tertidur ketika aku keluar dari kamar mandi dan aku segera tidur di sampingya setelah menyelimutinya.
Sampai lima belas menit ternyata aku belum bisa tidur juga. Kemudian aku menulis surat, sebnearnya bukan surat karena aku hanya menulis pesan pendek, mungkin lebih tepat disebut memo, yang akan kukirim bersama buku Gabriel. Kulihat buku baru dengan sampul didominasi warna hitam, “veronika memutuskan mati” judulnya. Oh, rupanya dia mau mengirimkan buku itu. Kenapa dia memilih buku itu, aku tidak bisa menebak alasannya, besok aku harus tanya Gabriel untuk mengetahui alasannya. Tak lama setelah menulis memo aku langsung tidur.
Paginya, sebelum berangkat kerja kubangunkan Gabriel hanya untuk menanyakan alasan kenapa dia memilih “veronika memutuskan mati”.
“Ini buku yang mau dikirim ke mama?” tanyaku sambil mengacungkan buku itu.
“Iya pa” katanya sambil memicingkan matanya yang masih tampak lengket.
“Kenapa kamu memilih buku ini?”
“Aku suka melihat sampulnya pa. Hitam.”
“Ooo hanya karena sampulnya hitam” kataku sambil tersenyum.
“Ya udah kalo gitu, kamu bobo lagi aja. Papa berangkat ya.”
“Iya pa, jangan lupa kertas kadonya harus hitam polos.”
“Iya.”
“Makasih pa.”
Selama di perjalanan menuju ke kantor, aku masih tidak bisa bisa menahan tawa setelah tahu alasan Gabriel memilih “veronika memutuskan mati” untuk dikirim ke ibunya. Dan aku juga khawatir di toko buku dekat kantorku tidak ada kertas kado hitam polos. Aneh-aneh saja dia, kenapauntuk bungkus buku saja dia ingin yang warna hitam, toh nanti ketika dibuka juga rusak bungkusnya dan dibuang.
Jam makan siang aku pergi ke toko buku, mencari kertas kado hitam polos. Begitu masuk ke toko buku, aku langsung menuju tempat kertas kado. Kebanyakan kertas kado yang ada warna pink dan biru muda, keperhatikan tidak ada yang hitam polos. Setelah yakin tidak ada yang hitam polos, aku memanggil seorang pramuniaga yang tengah asyik ngobrol dan menanyakan kertas kado hitam polos. Dia menunjukkan di tempatnya, aku mengikutinya. Oh, ternyata ada kertas kado hitam polos, ada beberapa jenis dan aku memilih salah satu.
Sesampai di kantor, aku mengetik tujuan pengiriman dan mencetaknya di kertas label berperekat. Setelah membungkus buku, aku telah menyelipkan memo yang kutulis semalam ke dalam buku, dan menempelkan label alamat pengiriman aku meminta tolong kepada seorang office boy untuk mengirimkannya.
Aku tidak tahu apa dia akan membaca buku yang dikirim Gabriel untuknya. Mungkin dia terlalu sibuk untuk membacanya, meskipun aku tahu dia suka membaca. Ah, yang penting aku sudah mengirimkan sesuai dengan keinginan Gabriel.

.............................
Depok, Kamis 20 April 2006; 01:57.

Monday, April 17, 2006

ciremai oh ciremai



berawal dari chat dengan seorang teman, yang cuplikannya seperti di bawah ini (dengan sedikit diedit)
.............
ipunkbeto : hoi
ipunkbeto : lu kpn main ke bandung?
bazzbeto : hoiii....
bazzbeto : gw pengen jl neh ntar, tp ga tau kemena...
bazzbeto : tdnya mo ke pangrango, tp tmn gw kmrn dah jd buking pa blum gw ga tau
ipunkbeto : oh ke gede lg?
ipunkbeto : ga ahh
bazzbeto : lo ada tawaran ga? soalnya gw kalo pergi ndiri ga ada yg motoin...
ipunkbeto : hmm
ipunkbeto : gw malah mau ngjual kameraa
ipunkbeto : abis moto mulu
ipunkbeto : temen minta tlg motret trs gw ga bs nolak
bazzbeto : yg bener ga bisa nolak? yaudah, gw mita tlg potoin deh kalo gitu...
ipunkbeto : dasar beto
bazzbeto : hayo, katanya ga bisa nolak???
ipunkbeto : boleh2
ipunkbeto : klo gt lo mau kmn?
bazzbeto : ayo, kemana ya? apa ke cireme aja?
ipunkbeto : kapan sih?
bazzbeto : kalo jd ya bsk, gw brkt ntar mlm jg bisa seh
ipunkbeto : n kmn?
bazzbeto : ke cireme? apa kemana better alternative?
ipunkbeto : ke tampomas
ipunkbeto : lu tar ngajakin temen2 lo yg beto lg ga?
bazzbeto :gw blum ngajakin anak2, abis gw sebel ma anak2, diajakin ke lawu kmrn pada ga mau...
bazzbeto : ntar gw coba ajak ucok ma acil ya?
ipunkbeto : berarti gw cuman b2 ma lu?
ipunkbeto : kalo pd ga mau tar 2 an juga gpp kok
ipunkbeto : ga akan merkaos gw mahh
bazzbeto : jd gw ke bdg dl ya? trus dr bdg ke sumedang??
ipunkbeto : ato mau ke ciremai?
ipunkbeto : lo dah pernah?
bazzbeto : gw 2 kali ke cireme, kalo mo kesana jg gpp
bazzbeto : kalo tampomas bagus mah gpp ke tampomas aja
ipunkbeto : hmm keknya ga sebagus cireme sihh
bazzbeto : yaudah, ntar mlm gw brkt ke bdg ya?
...............
akhirnya jumat 7 April malam sekitar jam 9 aku berangkat dari depok ke bandung naek bus transit di kampung rambutan, tepatnya bukan ke bandung sih tapi ke jatinangor. aku naek bus AC ekonomi tujuan garut yang berangkat jam 10 malam dari terminal kampung rambutan dengan penumpang kira-kira seperempat kapasitas tempat duduk.
"mau kemana a'?" tanya penumpang di sebelahku.
"cileunyi" jawabku.
"cileunyinya dimana? pulang apa pergi?"
"sebenarnya mau ke jatinangor sih mas, main aja ke teman. mas mau ke garut ya?"
"ooo, nyambung lagi ya dari cileunyi. iya, saya setiap 2 minggu sekali pulang ke garut."
tak berapa lama kemudian, dia mengeluarkan jaket dari tasnya, jalan tol cikampek tersendat malam itu, seperti biasa kalau long weekend.
"ga dingin a' pake celana pendek?" dia bertanya setelah mengenakan jaketnya.
"ga. bukannya garut dingin?"
"iya, apalagi kampung saya, dingin banget. tapi saya ga kuat kalau kena AC."
aku kembali memandang keluar jendela, melihat lampu-lampu terang mobil menyorot tak jarang menyilaukan, baru beberapa menit aku memandang keluar jendela tiba-tiba pundak kiriku terasa berat . ternyata mas yang duduk di sebelahku sudah tertidur pulas dengan kepala miring ke arahku dan menimpa pundakku. sesekali aku goyangkan pelan pundakku agar dia tegak lagi, tapi hanya tegak beberapa menit dia kembali miring ke arahku. akhirnya aku pasrah saja meminjamkan pundakku menopang kepalanya. kira-kira setengah jam kemudian aku juga tertidur.
beberapa kali aku terbangun dan kepala itu masih saja menempel di pundakku, aku sempat meliriknya cemas kalau mas itu ngiler di pundakku. ahhh untunglah dia enggak ngiler. dan ku tidur tenang lagi, meskipun terasa pegel juga pundakku menahan kepalanya.
kira-kira jam 1.15 dini hari aku turun di pintu tol cileunyi, kemudian naik angkot ke jatinangor. di atas angkot, mataku jalang mencari papan nama "hotel jatinangor", patokan yang diberikan ipunk dia nungguin di depan hotel itu. sampai di depan kampus IPDN (dulu STPDN) aku bertanya ke sopir angkot yang kutumpangi
"hotel jatinangor masih jauh a'?"
"waaahh udah kelewat jauh, tadi pas anak STPDN turun itu. yaudah ikut aja nanti saya balik lagi kok."
"ooo... yaudah."
kira-kira 2 kilometer setelah kampus UNPAD, penumpangnya tinggal aku saja dan angkot itu memutar balik ke arah cileunyi lagi.
"ini hotel jatinangor a'"
"iya" jawabku sambil turun dan membayar ongkosnya.
"hoiii... kok dari sana lo? kelewat ya?" teriak ipunk yang sudah menunggu dengan ary di seberang jalan sambil menghampiriku, ary menunggu di atas vespa tuanya.
"iya, kelewat gue. papannya ga keliatan kecil gitu!"
"itu ary."
"hai..." aku melambaikan tangan ke arah ary di kegelapan.
"saya ke palawa ya, saya tunggu di sana!" teriaknya.
"oke, ntar aku ke sana."
aku dan ipunk menuju kos ipunk, kira-kira 150 meter dari jalan jatinangor. sesampai di kos ipunk, aku langsung numpang ke kamar kecil kemudian ngobrol sambil melihat-lihat album foto ipunk yang tersusun rapi, hampir semuanya foto-foto di gunung.
sekitar jam 4 subuh kelopak mataku terasa berton-ton beratnya, kami segera menuju ke palawa (kelompok pecinta alamnya UNPAD) di kampus UNPAD jatinangor. sesampai di sekretariat palawa, hanya tinggal satu orangyang bangun, aku lupa namanya kemudian aku langsung tidur di antara anak-anak palawa yang sudah tidur lebih dulu di lantai 2, lebih tepatnya di loteng yang dijadikan sebagai lantai 2.
bangun jam 9 pagi, di depan palawa sudah banyak tas berjejer yang kemudian kuketahui itu tas anak-anak marching band unpad yang sedang melakukan persiapan untuk pelantikan anggota barunya. setelah cuci muka, kami (aku dengan anak-anak palawa) ngobrol di teras, ary dan rifki memainkan gitar menyanyikan lagu-lagu lama metallica sambil sesekali mereguk kopi panasnya sementara aku hanya merokok karena enggak suka minum kopi.
"hoi, berangkat jam berapa?" tanya ipunk.
"bentar gue sms ucok dulu deh, sapa tau dia mau nyusul."
"yaudah, gw nyiapin perlengkapan dulu deh. cuma tinggal perlengkapan masak kan?"
"iya. wah ucok enggak bales-bales sms gue neh."
"yaudah, biarin aja."
"kita berangkat jam 12an aja ya?"
"iya."
sekitar jam 10, ucok telepon
"dimaa baz? (dimana baz?)" kata ucok dengan logat minangnya.
"masih di palawa, ang nyusul ndak? (masih di palawa, lo nyusul ga?)jawabku juga dengan bahasa minang.
"lho, keceknyo ka pai pagi? (lho, katanya berangkat pagi?)"
"baru jago. kalo ang nyusul, den tunggu (baru bangun, kalo lo nyusul, gw tunggu)."
"den baru bisa pai jam 11, baa? indak baa ang nunggu? (gw baru bisa pergi jam 11, gimana? enggak apa-apa lo nunggu?)"
"oke, den tunggu yo. eh, naiak oto jurusan garut atau tasik yo, biko turun di tol cileunyi (oke, gw tunggu ya. eh, naik mobil jurusan garut ato tasik ya, ntar turun di tol cileunyi)."
"oke."
"punk, ucok jadi nyusul, paling nyampe sini jam 3an ya" setengah berteriak akumemberitahu ipunk yang lagi nyiapin peralatan di dalam.
"iya, moga-moga aja ga macet" jawabnya.
ucok baru sampai di jatinangor sekitar jam 7 malam, macet banget katanya di jalan, hujan lebat sehingga mobil tidak bisa ngebut. kemudian aku dan ucok makan malam dan belanja logistik di depan kampus IKOPIN.
akhirnya kami baru berangkat sekitar jam 2 minggu dinihari, dengan rute jatinangor-sumedang (angkot), sumedang-maja (angkutan umum mobil ELF), maja-apuy (angkutan desa pick-up). sebenarnya ada 2 rute pendakian lain yang lebih populer dari jalur apuy, yaitu cibunar (linggarjati) palutungan, tetapi karena apuy lebih dekat dari jatinangor dan kami belum pernah lewat apuy, maka memutuskan untuk lewat jalur apuy.
subuh baru sampai di sumedang, sudah ada tukang bubur ayam yang jualan, kami pun mampir dulu, lumayan buat bangunin cacing-cacing peliharaan. dari pasar ke tempat naik mobil jurusan maja kami berjalan kaki sekitar 1 kilometer, di jalan kami sempat beli tahu sumedang karena sepertinya cacing-cacing kami belum terpuaskan hanya dengan bubur ayam.

(the villagers)

(ucok dan gw di atas pick-up menuju apuy)

betapa senangnya kami melihat langit yang biru dengan sedikit saja awan selama perjalanan maja-apuy. kira-kira jam 11 siang kami baru sampai di desa apuy (kalau enggak salah nama desanya diganti menjadi argamukti) dan kami langsung menuju ke balai desa untuk melaporkan maksud kedatangan kami. bapak kepala desa yang tidak merokok itu (aku tahu bapak kades tidak merokok setelah menawarinya rokok) menyambut kami dengan ramah, dan memanggil stafnya (saat itu ada renovasi di depan balai desa sehingga meskipun hari itu minggu, mereka ada di kantor) untuk menyiapkan tiket masuk dan kami harus membayar @ Rp. 3.500,- termasuk asuransi @ Rp. 250,-
dari bapak kades itu, kami mendapat informasi bahwa sedang ada peneliti dari LIPI beranggotakan 13 orang dengan base camp antara pos 1 dengan pos 2. setelah berbincang-bincang dengan bapak kades dan seorang stafnya dan mengisi buku tamu, kami pun meneruskan perjalanan. ketinggian desa apuy sekitar 1200 mdpl (meter di atas permukaan laut), dengan mayoritas penduduknya adalah petani sayuran, mereka tidak ada yang menanam padi karena (menurut bapak kades) di ketinggian tersebut padi tidak bisa berbuah dengan baik.
perjalanan dari desa apuy ke pos 1 adalah melalui jalan (dulu pernah di aspal, tetapi sekarang sudah tak bersisa aspalnya) yang bisa dilalui mobil kecil untuk mengangkut hasil ladang, dan jika beruntung sedang ada mobil yang naik, maka kami bisa menumpang dan menghemat waktu perjalanan sekitar satu jam. di kiri kanan jalan yang kami lalui melulu ladang sayur-sayuran, kubis, wortel, daun bawang, sawi putih, dan cabe.
ucok dan aku berjalan agak cepat karena terik sekali matahari siang itu, sedangkan ipunk tertinggal jauh di belakang karena sesekali memotret lanskap yang menarik minatnya. setiap melewati petani yang sedang menggarap ladangnya, kami disambut dengan sapaan ramah mereka
"bade naranjak? (mau naik?)" sapa mereka dengan senyum yang tulus.
"muhun (iya)" jawabku.
memberondongku dengan banyak pertanyan yang tak ku pahami, sehingga aku hanya membalasnya dengan senyuman. kira-kira jam 12.30 kami sampai di sumber air terakhir (menurut info dari petani) kemudian kami istirahat disini, ipunk memasak nasi dengan telor dan kornet goreng dan sayur asem. awan yang tadi hanya sedikit sekarang sudah mulai menutupi matahari, yang sesekali saja bisa menembus awan putih.

(ipunk dan gw di sumber air)

(trio beto masih di sumber air)
setelah makan dan minum teh (ucok dan ipunk minum kopi), menghabiskan beberapa batang rokok, kami pun melanjutkan perjalanan menuju pos 1, sekitar 30 menit jalan kaki. yang disebut pos 1 adalah sebuah pondok tanpa dinding di perbatasan ladang dengan hutan. sebelum mencapai pos 1, hujan sudah mulai turun. aku cepat-cepat mengeluarkan payung andalanku yang sudah mulai loyo menahan terpaan hujan dan angin tetapi masih cukup aman untuk melindungi kepala dari guyuran air hujan. jam 2an kami baru sampai di pos 1, kami berteduh dan merokok lagi beberapa batang sambil istirahat. ada satu rombongan pendaki dari maja yang baru turun dan berteduh juga di pos 1. aku menawari mereka rokok, yang dengan cepat ditanggapi mereka dengan mengulurkan tangan, sepertinya mereka kehabisan rokok di perjalanan.
10 menit kemudian kami meneruskan perjalanan, dan hujan semakin deras saja menyerbu bumi, membasahi kami. jalan setapak yang kami lalui sudah dibanjiri air yang mengalir cukup deras, merendam kaki kami hingga sedikit di atas mata kaki. jalan setapak semakin licin dengan aliran air tersebut, memperlambat jalan kami. 15 menit kemudian kami melewati base camp peneliti LIPI yang teridir dari beberapa tenda besar, beberapa peneliti sedang membaca di dalam tendanya yang transparan.
di sepanjang jalan di atas base camp penelitian itu kami menemui berbagai perangkap hewan yang dipasang oleh para peneliti, mulai jaring burung, perangkap tikus hingga perangkap dari kain putih yang dibentuk sedemikian rupa, sepertinya untuk menangkap serangga-serangga kecil. ketika kami beristirahat di dekat kain putih yang dibentangkan (seperti kain untuk background pas foto), aku melihat beberapa pacet menempel di kain putih tersebut sehingga kami lekas-lekas memeriksa kaki dan melanjutkan perjalanan.
"kalo ada tempat lapang kita istirahat dulu ya" kata ipunk.
"iya, kenapa punk?" aku ingin tahu alasannya.
"ga enak jalan maghrib-maghrib."
"iya, paling juga bentar lagi nyampe pos 2."
beberapa menit kemudian kami sampai di pos 2 yang cukup lapang untuk mendirikan beberapa tenda. aku pun segera membongkar tas dan menyiapkan tenda, hujan sudah tidak terlalu lebat. setelah tenda berdiri, kami bergiliran ganti pakaian dengan yang kering. di dalam tenda baru kelihatan seekor pacet yang menempel di punggung kaki kananku, sebesar pensil yang langsung aku sundut dengan rokok hingga terlepas dari kakiku dan aku membuangnya keluar tenda.
setelah semua masuk ke dalam tenda, kami pun enggan beraktivitas di luar tenda karena dingin. satu jam kemudian baru ipunk mulai masak untuk makan malam dengan menu indomie telor dan minum susu coklat. tak lama setelah makan malam dan ngobrol sebentar, kami sudah tertidur pulas. aku sempat terbangun beberapa kali, mimpi cigarillos yang tinggal sebatang buat di puncak sudah diembat ucok.
pagi entah bangun jam berapa, tapi aku ingat hari itu sudah senin dan besok aku harus kerja. sarapan sudah tersedia, nasi dengan ikan sarden tanpa sayur. setelah sarapan kami "menjemur" (belum ada sinar matahari pagi itu) pakaian basah kami. wah, kalo hari ini ke puncak aku pasti bolos lagi besok pikirku dalam hati.
(di pos 2)
(foto terakhir, di pos 2 juga)

"wah kayanya lo bolos lagi besok" kata ucok.
"iya neh, enggak apa-apalah, biko dipikian" jawabku enteng (biko dipikian = dipikirin ntar aja).
"dasar beto lo" kata ipunk menimpali.
"berangkat jam berapa kita?" tanyaku.
"biko lu yo, den masih paniang (ntar dulu ya, gw masih pusing)" jawab ipunk.
jam 12 siang baru kami selesai packing dan berangkat lagi menuju pos 3. ipunk masih tampak pucat siang itu, tetapi bilang sudah tidak apa-apa. baru 2 menit kami jalan, ipunk berhenti dan langsung jongkok, muntah-muntah kemudian duduk di atas sebatang pohon yang telah lama tumbang dan sudah berlumut. kemudian aku memijit tengkuk dan pundaknya.
"bentar ya, gw mual nih" katanya.
"iya, kuat enggak lo jalan lagi?" tanyaku.
ucok menunggu kira-kira sepuluh meter di depan kami, masih berdiri menyandang tasnya.
"iya, istirahat sebentar aja. aduh, lah gaek yo (aduh, udah tua ya)..."
"masuk angin kali punk."
"iya kali."
beberapa menit kemudian ipunk sudah kuat melanjutkan perjalanan, tetapi hanya sebentar saja. kira-kira lima menit kemudian dia muntah-muntah lagi, ucok memberi isyarat dengan tangan padaku mengajak turun saja.
"udah, kita turun aja punk" kataku.
"kalo enggak, ang baduo naiak seh lah, aden turun. biko den tunggu di balai desa (kalo enggak, lo berdua naik aja, gw turun. ntar gw tunggu di balai desa)" katanya lemah.
"enggak, kita turun aja!" jawabku tegas.
"gw kuat kok turun sendiri, enggak apa-apa" katanya masih ngotot.
"udah cok, kita turun aja" aku sambil memandang ucok yang pasrah, antara ingin naik dan kasihan melihat ipunk.
"aden masih kuek naiak, tapi lambek bana (gw masih kuat naik, tapi lambat banget)" kata ipunk.
"enggak, kita turun aja, ayo!" aku menukasnya.
setelah lama berdebat, akhirnya ipunk mau untuk turun saja. dan pelan-pelan kami pun kembali turun, gerimis beberapa kali membsahi kami. jalan yang licin dan kondisi ipunk yang lemah membuat perjalanan turun kami sangat lambat.
jam 4 sore kami baru sampai di pos 1, sambil beristirahat kami berharap ada mobil yang turun dan bisa kami tumpangi. sepuluh menit kemudian ada sebuah mobil yang turun, tetapi nasib baik belum berpihak pada kami, mobil itu dipenuhi tumpukan kubis. setelah cukup beristirahat, kami melanjutkan perjalanan. baru sebentar kami jalan kaki, ada mobil turun dan kami menumpang, lumayan mempercepat perjalanan ke desa. di atas mobil, aku dan ucok hanya bisa berpandangan tanpa berkata-kata, karena kecewa dengan perjalanan ini.
aaah, berturut-turut aku gagal mencapai puncak setelah seminggu sebelumnya gagal mencapai puncak lawu.
sampai di jatinangor jam 10 malam, aku sudah terlalu lelah untuk meneruskan perjalanan ke depok sehingga memutuskan untuk bolos saja. keesokan harinya aku dan ucok jalan-jalan di kampus UNPAD yang panas.

Ain't it fun...

entah kenapa malam itu aku ingin memutar kaset-kaset lamaku, dan yang kuputar adalah album G'NR "The Spaghetti Incident", dari lirik lagu pertama saja sudah sangat menghunjam di hatiku, mungkin sampai tembus. Aku lupa "Since I Don't Have You" itu aslinya lagu siapa, yang jelas bukan lagunya G'NR. I don't have plans and schemes. And I don't have hopes and dreams. I, I, I don't have anything. Since I don't have you. And I don't have fond desires. And I don't have happy hours. I don't have anything. Since I don't have you... itulah cuplikan liriknya, benar-benar menohokku.
di akhir Side A, aku selalu merinding (tapi bukan merinding takut) setiap kali mendengar intro dari "Ain't It Fun" yang dibawain G'NR. saat Axl Rose meneriakkan "Ain't it fun when you know that you gonna die young" entah kenapa aku teringat sebuah ide gila. ya, aku terkenang kembali niat untuk membunuh orang dan mencincangnya, entah siapa saja karena aku ingin membunuh hampir tanpa alasan. hanya karena ingin mendapatkan hukuman mati, ya hanya itu tanpa alasan yang lain.
ide untuk membunuh orang itu kudapatkan dari seorang teman sebut saja beto, ketika aku bilang akan mengikuti veronika saja. "mending lo bunuh orang aja, pokoknya yang sadis banget gitu. ntar kan lo dihukum mati, nah sebelum dieksekusi lo masih bisa tobat, daripada bunuh diri lo ga bisa tobat!" katanya. memang masuk akal juga saran beto.
setelah direnungkan, aku tak punya juga kekuatan untuk melakukannya. kalo selama ini aku sangat anti pembunuhan dengan alasan apapun, mana bisa aku membunuh orang lain hanya untuk mememnuhi keinginanku? lalu bagaimana nanti dengan kerabat korbanku itu? dan semakin lama aku merenung, semakin punah keinginanku untuk melakukannya.

kenapa selalu iri?

setiap kali melihat pengendara ombak itu bercinta dengan ombak tinggi di atas papan, aku hanya bisa mengaguminya. seringkali terjatuh dan tergulung ombak timbul tenggelam dalam riak, tapi selalu saja mereka mulai lagi dengan ombak baru yang menyusul datang. pernah seorang teman menawarkan untuk mengajari bercinta dengan ombak, tetapi aku hanyalah seorang penakut yang tak berani terjatuh.

setiap kali melihat penunggang banteng liar beraksi di arena rodeo, aku hanya bisa mengaguminya. meskipun hanya mampu bertahan beberapa puluh detik di atas punggung banteng liar, mereka akan selalu mengulanginya lagi setiap kali. belum ada seorang pun menawariku untuk mencobanya, meskipun aku tidak akan punya keberanian untuk mencobanya.

aku juga kagum dengan mereka yang bertahan di atas roda kehidupan dan seringkali juga terlindas. selalu saja mereka berharap tidak selamanya terlindas roda kehidupan dan sekuat tenaga bertahan dengannya. yang aku lakukan hanya merokok berharap cepat terpelanting dari roda itu.

aku selalu saja iri dengan mereka.

Saturday, April 15, 2006

apa kabar gabriel?

malam ini seharusnya bulan bersinar penuh, karena purnama.
tetapi awan tebal mengalahkannya.
entah kenapa setiap purnama aku merindukan gabriel kecilku.
sudah hampir sebulan kami tak bertemu.
mungkin malam ini dia sudah tertidur lelap.
apa kamu kangen papa juga, gabriel?

Friday, April 14, 2006

kegagalan kedua

wah, sebenernya blum mood nulis tapi dah lama bgt ya ngutang tulisan ke lawu.
berangkat ama dani, sumo dan hendi hari jum'at (31maret) pagi dari rumah dani di jogja, naek bus ke solo. dari solo nyambung naek bus lagi ke tawangmangu. sampe di tawangmangu kira2 jam 12 siang, terus belanja sayur ma sumo (dani ma hendi nunggu di masjid) di pasar, dah kayak ibu2 aja deh pokoknya, pake nawar2 segala meskipun mungkin nawarnya kemahalan, dan beli rambutan juga.
baru selesai blanja, eh hujan deres banget tapi tetep nekat lari ke masjid, gak apa2 lah basah2an, toh ntar kalo di gunung hujan juga basah2an. sampe di masjid langsung makan rambutan sekalian nunggu hujan reda. sekitar setengah jam kemudian hujan baru reda.
dari tawangmangu kami masih harus naek angkutan lagi (L 300) ke cemoro sewu. ada dua pintu masuk yang paling sering dipilih untuk mendaki gunung lawu, yaitu cemoro kandang (jawa tengah) dan semoro sewu (jawa timur), tetapi meski berbeda propinsi, kedua tempat tersbut hanya berjarak sekitar 1 kilometer.
sampe di semoro sewu kira2 jam 2 siang disambut dengan kabut tebal dan angin kencang, yang pasti suhu udara di cemoro sewu saat itu dingin banget. oh iya, ketinggian cemoro sewu sekitar 2000 meter di atas permukaan laut (mdpl). karena belum makan dari pagi, begitu sampe kami langsung menyerbu warung yang ada.
setelah makan baru kami melapor ke petugas (lebih tepat disebut sukarelawan) pengawas yang sering kami sebut "ranger". disini kami diberi informasi mengenai lawu (meskipun aku sudah pernah ke lawu lewat cemoro sewu, tetap aja antusias mendengar informasi dari mereka).
dan sialnya, aku lupa bawa raincoat, padahal musim hujan gini meskipun aku selalu bawa payung kalo ke gunung. setelah memutar otak, akhirnya aku membuat rompi hujan dari trash bag ato nama kerannya kantong sampah yang terbuat dari plastik hitam.
diiringi rintik2 greimis nan dingin itu kami berangkat juga, dan ternyata rompi hujannya ampuh menahan dingin. ngeliat aku pake payung, hendi ketawa ngakak, dia belum pernah liat orang naek gunung pake payung.
gerimis pun menjadi hujan deras dalam perjalanan menuju pos 1 dan dingin semakin terasa menembus kulit. perjalanan ke pos 1 ini melewati jalan batu yang cukup lebar sekitar 2,5 meter, di kiri kanan jalan adalah ladang sayuran. menurut informasi dari ranger, di pos 1 dan puncak ada warung (ini menunjukkan banyaknya pengunjung gunung lawu, pertama ke lawu tahun 1999 belum ada warung2 tersebut). sampe di pos 1 sekitar jam 5 sore, kami mampir ke warung dan minum energen panas untuk menghangatkan tubuh yang mulai terasa kaku untuk digerakkan.
meskipun penjual di warung sangat menyarankan untuk menginap di warungnya saja karena hari mulai gelap, kami tetap melanjutkan perjalanan dan target kami hari itu adalah menginap di pos 3. sebenarnya aku malas untuk melanjutkan perjalanan kalo hari sudah mulai gelap, karena kurang lebih berbahaya daripada perjalan siang hari, tetapi kami tidak punya banyak pilihan karena waktu yang tidak mau menunggu. baru sekitar jam 8 malam kami sampe di pos 3, hujan dari sore tadi tinggal menyisakan sedikit gerimis.
dalam kedinginan itu kami ingin secepatnya mendirikan tenda dan berlindung di dalamnya untuk mengurangi serangan suhu dingin (lawu memang terkenal akan suhunya yang sangat dingin dibandingkan gunung2 laen di indonesia).
setelah mengatur barang2 dalam tenda, sumo memasak untuk makan malam kami, hanya indomie kornet dengan beberapa sayuran, aku lupa membeli telor waktu belanja di tawangmangu. tidak lama setelah makan malam, kami semua cepat tertidur karena sudah terlalu lelah, dan aku berharap semoga besok cerah sehingga perjalanan tidak seberat sebelumnya. tengah malam hujan turun lagi dengan derasnya disertai angin kencang.
keesokan harinya ketika bangun hujan masih belum reda juga, sehingga kami malas beraktivitas. hanya sumo yang rajin dan sekali lagi menyiapkan makanan untuk kami, menu sarapan kami adalah nasi dengan lauk sarden. melihat cuaca yang masih belum bersahabat itu, sumo mengambil kputusan untuk tidak meneruskan perjalanan ke puncak dan akan menunggu kami di pos 3 jika kami bertiga masih ingin melanjutkan ke puncak.
hanya membawa satu tas kecil berisi jaket dan makanan kecil serta air minum, kami berangkat ke puncak sekitar jam 9. aku masih tetap memakai rompi hujan dan juga membawa payung, meskipun saat itu hujan sudah reda, tapi masih banyak tetesan2 air dari pohon2. mendung masih tetap tebal, sedikit kabut tipis dan angin sekali2 bertiup kencang. dalam perjalanan ke puncak, kami berpapasan dengan beberapa kelompok pendaki lain yang turun dan dari informasi mereka kami tahu bahwa beberapa malam ini badai di puncak, hujan deras disertai angin yang sangat kencang. sampe di pos 4, kami bertemu satu kelompok yang menginap disitu malam sebelumnya, mereka sedang packing akan menuju puncak juga. kami ngobrol sebentar, aku menyempatkan untuk menghabiskan sebatang rokok, lumayan untuk mengurangi rasa dingin.
tak jauh dari pos 4 itu kami mengambil jalur ke kiri (padahal seharusnya ke kanan), jalan setapak itu begitu jelas sehingga kami yakin itu jalan menuju ke puncak. setelah beberapa saat kami kehilangan jalan setapak, yang ada hanya hamparan bebatuan besar dan beberapa kali kami diserang angin kencang. setiap kali angin kencang datang menyergap, aku berlindung di balik payung, dani dan hendi beberapa kali ikut berlindung di balik payungku. kemudian kami menemukan jalan setapak lagi yang ternyata berujung di sebuah gua, saat itulah kami sadar telah mengambil jalan yang salah. setelah beberapa kali mencari jalan, akhirnya kami tidak kuat lagi menahan dinginnya lawu dan memutuskan untuk kembali ke pos 4.
sampai di pos 4, kelompok yang kami temui tadi sudah tidak ada lalu kami istirahat di pos 4. setelah makan snack dan merokok, baru kami berunding untuk meneruskan perjalanan atau kembali turun saja. dengan berbagai pertimbangan, kami akhirnya memutuskan untuk kembali turun.
perjalanan turun tidak jauh beda dengan naeknya karena kami melalui rute yang sama. dalam hati aku kecewa karena tidak bisa melanjutkan perjalanan sampai ke puncak. tetapi aku juga merasa senang berhasil mengalahkan diriku sendiri, mengalahkan ego. kegagalan mencapai puncak ini adalah kegagalanku yang kedua, kegagalan pertama mencapai puncak adalah saat tahun 1998 aku gagal mencapai puncak raung dan sampai sekarang aku belum pernah mencoba mendaki raung lagi.
............................
dan tak lama kemudian aku mengalami kegagalan ketiga mencapai puncak di ciremai...

Friday, April 07, 2006

hahaha...

bangun kesiangan, langsung ngasih makan adenina trus mandi. abis mandi ngaca bentar, dan pagi ini gw bisa ketawa, hahaha...:))
gw bisa menertawai diri gw sendiri, ternyata gw emang bodoh dan layak untuk ditertawakan. hahaha...:))
gw tau dia suka cowok smart, pantes aja ga mau ma gw, hahaha...:))
gw emang bodoh, hahaha...:))
kenapa gw ga ngaca dari dulu ya?

rela

jauhi saja diriku
...........jadi rindu
aku rela jadi ragu
benci saja diriku
...........jadi pecandu
aku rela jadi gagu
tinggalkan saja diriku
................jadi bisu
aku rela jadi batu
bakar saja diriku
...........jadi abu
aku rela jadi hantu
tapi jangan larang diriku
...................mencintaimu

-------------------------------
Depok, Jumat 7 April 2006; 02:17

Thursday, April 06, 2006

lho, kok ga bisa ketawa???

heran, abis ngeliat testi di FS seseorang dari seseorang yang lain kok ga bisa ketawa ya?
padahal testinya lucu banget... eh, sebenernya bukan testinya seh yg lucu, tapi gambarnya,
LUCU BANGET! pengen bisa ketawa ngakak, tapi...

Wednesday, April 05, 2006

ketika

ketika, tidak hanya ketika
dia lemparkan aku dalam pasir hisap
sesekali menahanku tidak terlalu cepat tenggelam
tanpa berusaha menarikku keluar
semakin berusaha keluar dan bergerak semakin aku tenggelam
aku masih saja mencintainya!

ketika dan hanya ketika
sepenuhnya aku tenggelam dengan tak berdaya
tak mampu bernapas mati dalam kegelapan
aku berhenti mencintainya?

in memory of kurt cobain

setelah berkali-kali mencoba bunuh diri, akhirnya dia sukses melakukannya tanggal 5 april 1994 dengan menembak kepalanya. beberapa teman dekatnya meragukan apa dia benar2 bunuh diri atau dibunuh. setelah mendengar idolanya bunuh diri, beberapa penggemar kurt cobain dari amerika dan australia melakukan bunuh diri.
Kurt Cobain (20 Februari 1967 - 5 April 1994)
his suicide note
bunuh diri atau dibunuh, tetap saja dia sudah mati dan tak pernah kembali lagi dengan sair2 sinis dan sarkastiknya. pernyataan kurt cobain yang paling gw inget adalah "I hate myself and want to die."

Tuesday, April 04, 2006

hidup apa mati?

naik tinggi
hujan basah
badai dingin
kabut gelap
otak beku
hati batu
lidah kelu
jari kaku
hidup apa mati?
banyak cerita dari perjalanan ke lawu kmrn, tapi blum sempet nulis. batuk yang menemani mulai 3mingguan yang lalu masih juga setia. liburan terlalu cepat berlalu...